materi PAI SMP kelas IX semester 1

 

Oleh:
Faizatul Munawwarah                    [1501210265]
Yusron Prayogi                                 [1501211462]

Institut Agama Islam Negeri Antasari Banjarmasin
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Pendidikan Agama Islam
Banjarmasin
201
7
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Al-Quran Surah At-Tin:

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ ﴿١﴾ وَطُورِ سِينِينَ ﴿٢﴾ وَهَـٰذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ ﴿٣﴾ لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ﴿٤﴾ ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ﴿٥﴾ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ ﴿٦﴾ فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ ﴿٧﴾ أَلَيْسَ اللَّـهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ﴿8
Artinya:
1.      Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun.
2.      Demi gunung Sinai,
3.      Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini.
4.      Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,
5.      kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,
6.      kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.
7.      Maka apa yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keteranganketerangan) itu?
8.      Bukankah Allah hakim yang paling adil?
B.     Makna Surah At-Tin
Setelah kalian mengetahui arti Q.S. at-Tin, menurut pendapatmu apa makna yang terkandung di dalam Surah tersebut? Makna yang dapat diambil dari Q.S. at Tin antara lain:
1.      Manusia merupakan makhluk terbaik yang dijadikan oleh Allah swt., baik jasmaniah maupun rohaniah.
2.      Jika manusia tidak beriman dan beramal saleh, maka manusia menjadi makhluk yang amat rendah.
3.      Manusia yang beriman dan beramal saleh akan mendapatpahala yang tiada putus-putusnya yaitu surga.
4.      Allah swt. merupakan hakim yang seadil-adilnya.[1]
Dalam surat ini, untuk menegaskan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk yang terbaik,Allah SWT., bersumpah dengan beberapa kata. Pada ayat pertama, Allah bersumpah dengan kata lat-Tłnl dan 'al-Zaitunî. Selain mengandung makna buah, para ułama berbeda pendapat tentang makna dua kata tersebut. Sebagian mereka berpendapat bahwa tat-Tłnt berarti sebuah Masjid yang teletak di Damaskus (Maroko sekarang), sebagian lagi berpendapat bahwa at-Tin berarti Masjid Ashab al-Kahfi, dan yang lainnya mengatakan lat-TinI berarti Mesjid Nabi Nuh a.s. Demikian pula kata al-Zaitun, para ułama berbeda pendapat tentang maknanya. Sebagian mereka mengatakan 'al-Zaitunl adalah Bait al-Maqdis (Masjid al-Aqsha) di Yerusalem. Ayat kedua, Allah juga bersumpah dengan kata 'Thurisina yang mengandung makna bukit Thursina/Sinai, yaitu tempat berdialognya Nabi Musa a.s. dengan Allah SWT. Dan pada ayat ketiga, Allah memakai kata al-Balad al-Amin yang artinya kota Mekah yang aman.
Berangkat dari pendapat-pendapat di atas sebagian ułama menyimpulkan bahwa pada masing-masing tempat tersebut Allah mengutus nabi dan rasul yang termasuk golongan Ulul Azmi. at-Tin dan al-Zaitun adalah Bait al-Maqdis atau Masjid al-Aqsha, tempat dimana Allah mengutus Nabi Isa a.s., 'Thurisina yaitu bukit Tursina, tempat dimana Nabi Musa a.s., berdialog dengan Allah, dan al-Balad al-Aminl yaitu kota Mekah, tempat dimana Nabi Muhammad SAW diutus. Dan dengan keistimewaan tempat tempat tersebut, Allah menggunakannya dalam bersumpah.
Pada Ayat keempat, setelah bersumpah Allah SWT menegaskan bahwa la telah menciptakan manusia dalam bentuk atau performance yang terbaik, baik dari aspek rohani maupun aspek jasmani. Pada aspek rohani, manusia dianugerahkan jiwa dan akal untuk berfikir tentang tanda-tanda kekuasaanNya.[2]
Anugerah akal tidak diberikan oleh Allah kepada makhlukNya yang lain seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan aspek jasmani, manusia diberikan susunan anatomi yang paling indah dan proporsional, mulai dari ujung rambut sampai telapak kaki. Namun apabila manusia tidak mentaati perintah Allah dan RasulNya, maka keistimewaan yang telah dianugerahkannya tidak akan membawa kemuliaan dan kebahagiaan baginya, bahkan akan dikembalikan ke tempat yang paling rendah, yaitu neraka, sebagaimana dijelaskan pada ayat kelima.
Selanjutnya pada ayat keenam dijelaskan bahwa untuk dapat selamat dari api neraka dan tetap bedahan sebagai makhluk Allah yang paling istimewa, manusia harus beriman dan beramal shaleh (berbuat kebaikan kepada sesama), dan merekalah orang-orang yang akan mendapatkan pahala (balasan) yang terus-menerus.
Pada ayat ketujuh, Allah mempertanyakan bahwa apa yang menyebabkan manusia mendustakan dan tidak beriman terhadap pembalasan (perbuatan baik dan buruk) di hari akhir? Sementara ia mengetahuinya setelah Allah memberikan peringatanıringatan (ajaran agama). Dan pada ayat kedelapan Allah menegaskan bahwa la adalah seadil-adil Hakim yang memberikan ganjaran (surga atau neraka) sesuai dengan amal perbuatan manusia itu sendiri.[3]
C.    Kewajiban menuntut ilmu
Agama Islam mewajibkan umatnya menuntut ilmu. Banyak hadis yang berisikan kewajiban menuntut ilmu. Hadis tersebut antara lain sebagai berikut.
حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عَمَّارٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا كَثِيرُ بْنُ شِنْظِيرٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سِيرِينَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَوَاضِعُ الْعِلْمِ عِنْدَ غَيْرِ أَهْلِهِ كَمُقَلِّدِ الْخَنَازِيرِ الْجَوْهَرَ وَاللُّؤْلُؤَ وَالذَّهَبَ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Hisyam bin Ammar berkata, telah menceritakan kepada kami Hafsh bin Sulaiman berkata, telah menceritakan kepada kami Katsir bin Syinzhir dari Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi." (IBNUMAJAH - 220)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya: “Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya.” (MUSLIM: 4867)
حَدَّثَنَا نَصْرُ بْنُ عَلِيٍّ قَالَ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ يَزِيدَ الْعَتَكِيُّ عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ الرَّازِيِّ عَنْ الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ خَرَجَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ كَانَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى يَرْجِعَ ُ
Artinya: “Telah bercerita kepada kami Nahsr bin Ali dia berkata, telah bercerita kepada kami Khalid bin Yazid Al Ataki dari Abu Ja'far Ar Razi dari Ar Rabi' bin Anas dari Anas bin Malik dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa keluar dalam rangka menuntut ilmu maka dia berada di jalan Allah sampai dia kembali."(TIRMIDZI: 2571)[4]
Ilmu laksana pelita yang menerangi setiap kegelapan. Manusia tidak akan mampu melakukan apa pun tanpa memiliki ilmu atau mengetahui apa yang ia kerjakan. la hanya bisa meraba-raba dan menerka-nerka seperti orang yang berada dalam gelap gulita. Ilmu adalah penuntun manusia dalam mengarungi kehidupan ini. Dalam Hadis ini dijelaskan bahwa Islam memerintahkan umatnya untuk menuntut ilmu. Dan menuntut ilmu disini mengandung makna yang sangat luas, yaitu mencari ilmu pengetahuan melalui proses belajar, baik secara mandiri atau otodidak maupun melalui bimbingan seorang guru. Belajar secara mandiri dapat dilakukan dengan membaca, mengamati dan mempelajari suatu ilmu tanpa bantuan seorang guru atau pengajar. Sedangkan belajar di bawah bimbingan guru, yaitu mempelajari suatu ilmu dengan bantuan orang yang ahli di bidangnya, seperti yang kita temukan di sekolah, di kampus, dan lembaga-lembaga pendidikan Iainnya.
Mengingat pentingnya ilmu pengetahuan, Islam memberikan apresiasi yang tinggi bagi orang Yang menuntuti lmu. Dalam Hadis di atas, setelah mewajibkan untuk menuntut ilmu, Rasulullah saw, mengabarkan berita gembira sebagai sebuah apresiasi atau penghargaan bagi penuntut ilmu bahwa semua (makhluk) bahkan sampai binatang binatang di lautan akan memohonkan ampun terhadap dosa orang-orang yang menuntut ilmu. Dalam Hadis Iain, Nabi saw menegaskan apresiasinya:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ.
Artinya: "Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Barang siapa yang menempuh perjalanan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya menuju surga". (H.R. Muslim)
Menuntuti lmu adalah pekerjaan yang sangat mulia di hadapan Allah SWT, karena dengan menuntut ilmu manusia dapat mengetahui segala hal termasuk mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah sehingga dengan begitu manusia dapat selalu dekat dengan Sang Maha Penciptanya. Oleh sebab itu, Hadis di atas menggambarkan bagaimana Allah sangat apresiatif kepada orang yang menuntut ilmu, yaitu Allah akan memudahkan jalan menuju surga baginya.[5]
Dalam Al-Qur’an, tidak sedikit ayat yang menjelaskan tentang apresiasi Allah terhadap orang yang menuntut ilmu. Pada surat al-Mujadalah, ayat 11, Allah berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”[6]
D.    Iman kepada hari akhir
Iman kepada hari akhir merupakan sesuatu yang wajib kita percayai. Hal ini sesuai dengan firman Allah swt. yang berbunyi sebagai berikut:
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّـهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ ﴿٧﴾

Artinya: “Dan sungguh, (hari) Kiamat itu pasti datang, tidak ada keraguan padanya; dan sungguh, Allah akan membangkitkan siapa pun yang di dalam kubur.” (Q.S. al-Hajj/22: 7)
Berdasarkan firman Allah swt. tersebut, bahwa hari kiamat pasti akan datang. Hanya waktunya kapan itu merupakan rahasia Allah dan tidak seorang pun yang mengetahuinya. Sebagaimana firman Allah swt. dalam surah al-A‘raf ayat 187:
يَسْأَلُونَكَ عَنِ السَّاعَةِ أَيَّانَ مُرْسَاهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ رَبِّي ۖ لَا يُجَلِّيهَا لِوَقْتِهَا إِلَّا هُوَ ۚ ثَقُلَتْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ لَا تَأْتِيكُمْ إِلَّا بَغْتَةً ۗ يَسْأَلُونَكَ كَأَنَّكَ حَفِيٌّ عَنْهَا ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ اللَّـهِ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ ﴿١٨٧﴾

Artinya: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia.” (Q.S. al-A‘raf 7: 187)[7]
Peristiwa kiamat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kiamat sugra dan kiamat kubra[8]:
1.      Kiamat sugra atau kiamat kecil, yaitu peristiwa rusaknya sebagian alam seperti matinya sebagian makhluk hidup, rusaknya lingkungan alam, gunung meletus, gempa bumi, dan lain-lain.
2.      Kiamat kubra atau kiamat besar, yaitu rusaknya seluruh alam semesta beserta isinya. Pada peristiwa itu tidak ada satu makhluk pun ciptaan Allah SWT. Yang tidak rusak atau hancur. Semua binasa dan berubah menjadi alam akhirat.
Sebagaimana firman Allah swt. Dalam surah al-Haqqah ayat 13 – 15 yang berbunyi:
فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ ﴿13﴾ 
وَحُمِلَتِ الْأَرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً 
﴿14﴾ 
فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ 
﴿15﴾
Artinya: “Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali benturan. Maka pada hari itu terjadilah hari Kiamat. (Q.S. al-Haqqah/69:13-15)
Setelah malaikat meniup sangkakala, semua makhluk hidup mengalami ajalnya kecuali Allah swt. yang kekal selama-lamanya.
Firman Allah swt.:
السَّمَاءُ مُنْفَطِرٌ بِهِ كَانَ وَعْدُهُ مَفْعُولا ﴿18﴾
Artinya: “Langit terbelah pada hari itu. Janji Allah pasti terlaksana. (Q.S. al-Muzzamil/73: 18)
Dari ayat di atas diketahui bahwa langitpun mengalami pecah belah, dengan demikian seisinya pun mengalami kerusakan yang  sangat parah. Rasulullah saw. menjelaskan mengenai kejadian kiamat sebagai berikut:
أَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَطْوِي اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ السَّمَاوَاتِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ثُمَّ يَأْخُذُهُنَّ بِيَدِهِ الْيُمْنَى ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ ثُمَّ يَطْوِي الْأَرَضِينَ بِشِمَالِهِ ثُمَّ يَقُولُ أَنَا الْمَلِكُ أَيْنَ الْجَبَّارُونَ أَيْنَ الْمُتَكَبِّرُونَ
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, berkata: Rasulullah saw. bersabda bahwa pada hari kiamat Allah swt. melipat langit kemudian menggegamnya dengan tangan kanan lalu berfirman: Akulah raja! Dimanakah orang yang gagah perkasa? Di manakah orang yang menyombongkan diri? Kemudian Allah swt. melipat bumi dengan tangan kiri-Nya lalu berfirman: Akulah Raja! Di manakah orang gagah perkasa? Di manakah orang yang menyombongkan diri?” (H.R. Al-Bukhari/6863; Muslim/4995).
Dari hadits Rasulullah saw. di atas kita mengetahui betapa kecilnya manusia-manusia yang ketika di dunia mengaku perkasadan bersikap sombong akhirnya menemui siapa yang sesungguhnya perkasa dan berhak sombong yaitu Allah swt. [9]

https://greenpendidikan.blogspot.com/2017/03/makalah-materi-pai-kelas-9-semester-1.html?m=1

0 komentar: